Akulturasi psikologis adalah akulturasi yang terjadi pada psikologis seseorang atau suatu masyarakat, misalnya seseorang yang merantau akan terpengaruh dengan budaya yang ada ditempatnya merantau secara psikologis, seperti pola berpikir atau sifatnya, tetapi tidak membuat ia berubah seutuhnya menjadi seperti orang-orang asli ditempat tersebut.
Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsure dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsure kebudayaan kelompok itu sendiri. Menurut Koentjaraningrat (1996: 15), akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu di hadapkan dengan unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.
Sedangkan menurut Gillin & Gillin dalam bukunya “culture sociology”, memberikan definisi mengenai akulturasi sebagai proses dimana masyarakat-masyarakat yang berbeda-beda kebudayaannya mengalami perubahan oleh kontak yang sama dan langsung, tetapi dengan tidak sampai pada pencampuran yang komplit dan bulat dari kedua kebudayaan itu.
Contoh: Saat budaya rap dari negara asing digabungkan dengan bahasa jawa, sehingga menge-rap dengan menggunakan bahasa jawa.
Relasi Internakultural
Relasi internakultural atau komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang terjadi diantara orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda (bisa berbeda ras, etnik, atau sosioekonomi, atau gabungan dari semua perbedaan ini.MenurutStewart L. Tubbs, komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antara orang-orang yang berbeda budaya . kebudayaan adalah cara hidup yang berkembang dan dianut oleh sekelompok orang serta berlangsung dari generasi ke generasi.
Hamid Mowlana menyebutkan, komunikasi antarbudaya sebagaihumanflow across national boundaries. Misalnya: dalam keterlibatan suatu konfrensi internasional dimana bangsa-bangsa dari berbagai Negara berkumpul dan berkomunikasi satu sama lain.
Guo-Ming Chen dan William J. Sartosa mengatakan bahwa komunikasi antarbudaya adalah proses negosiasi atau pertukaran sistem simbolik yang membimbing perilaku manusia dan membatasi mereka dalam menjalankan fungsinya sebagai kelompok.
Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Akulturasi
http://nurulantropologi.blogspot.com/2011/03/asimilasi-dan-akulturasi.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_antarbudaya
Entri Populer
-
Metode Ilmiah adalah cara untuk membuktikan, menemukan ataupun menyanggah suatu pengetahuan dengan berdasarkan bukti-bukti yang dapat dikur...
-
Melestarikan lingkungan hidup merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditunda lagi dan bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah atau pemimp...
-
Analisis Transaksional (AT) adalah salah satu pendekatan Psychotherapy yang menekankan pada hubungan interaksional. AT dapat dipergunakan...
-
Central to Rogers' (1959) theory adalah gagasan tentang diri atau konsep diri. Ini didefinisikan sebagai "set, terorganisir konsis...
-
Istilah Terapi Emotif Rasional (TRE / RET --- Rational Emotive Therapy ) sukar digantikan dengan istilah bahasa Indonesia yang mengena; p...
-
TEORI EKSISTENSIAL – HUMANISTIK Teori dan Pendekatan Konseling Eksistensial-humanistik berfokus pada diri manusia. Pend...
-
Wanita yang melakukan aborsi beresiko menderita gangguan mental yang parah. Demikian menurut hasil penelitian terbaru. Pelaku aborsi meng...
-
Teori Psikoanalisa Freud memusatkan perhatian pada pentingnya pengalaman masa kanak-kanak. Dalam pandang ini, benih-benih gangguan psikolo...
-
Istilah Kesehatan Mental diambil dari konsep mental hygiene, kata mental berasal dari bahasa Yunani yang berarti Kejiwaan. Kata me...
-
Saturnus adalah sebuah planet di tata surya yang dikenal juga sebagai planet bercincin. Jarak Saturnus sangat jauh dari Matahari, karena itu...
Senin, 05 November 2012
Senin, 15 Oktober 2012
Transmisi Budaya dan Biologis serta Awal Perkembangan dan Pengasuhan
TEMA 2
Transmisi
budaya adalah cara sekolompok manusia
atau hewan yang berada di dalam suatu wilayah atau budaya untuk
mempelajari suatu informasi baru. cara belajar sangat dipengaruhi
oleh bagaimana budaya itu dapat disosialisasikan kepada anak kecil
dan anak muda.
Bentuk
– bentuk Transmisi Budaya
1.
Enkulturasi
Enkulturasi adalah Proses penerusan kebudayaan dari generasi yang satu kepada generasi berikutnya selama hidup seseorang individu dimulai dari insttitusi keluarga terutama tokoh ibu.
Enkulturasi mengacu pada proses dengan mana kultur (budaya) ditransmisikan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kita mempelajari kultur, bukan mewarisinya. Kultur ditransmisikan melalui proses belajar, bukan melalui gen. Orang tua, kelompok, teman, sekolah, lembaga keagamaan, dan lembaga pemerintahan merupakan guru-guru utama dibidang kultur. Enkulturasi terjadi melalui mereka.
Enkulturasi adalah Proses penerusan kebudayaan dari generasi yang satu kepada generasi berikutnya selama hidup seseorang individu dimulai dari insttitusi keluarga terutama tokoh ibu.
Enkulturasi mengacu pada proses dengan mana kultur (budaya) ditransmisikan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kita mempelajari kultur, bukan mewarisinya. Kultur ditransmisikan melalui proses belajar, bukan melalui gen. Orang tua, kelompok, teman, sekolah, lembaga keagamaan, dan lembaga pemerintahan merupakan guru-guru utama dibidang kultur. Enkulturasi terjadi melalui mereka.
2.
Sosialisasi
Sosisalisasi adalah proses pemasyarakatan, yaitu seluruh proses apabila seorang individu dari masa kanak-kanak sampai dewasa, berkembang, berhubungan, mengenal, dan menyesuaikan diri dengan individu-individu lain dalam masyarakat. Menurut Soerjono Soekanto, sosialisasi adalah suatu proses di mana anggota masyarakat baru mempelajari norma-norma dan nilai-nilai masyarakat di mana ia menjadi anggota.
3. Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri.
Akulturasi mengacu pada proses dimana kultur seseorang dimodifikasi melalui kontak atau pemaparan langsung dengan kultur lain. Misalnya, bila sekelompok imigran kemudian berdiam di Amerika Serikat (kultur tuan rumah), kultur mereka sendiri akan dipengaruhi oleh kultur tuan rumah ini. Berangsur-angsur, nilai-nilai, cara berperilaku, serta kepercayaan dari kultur tuan rumah akan menjadi bagian dari kultur kelompok imigran itu. Pada waktu yang sama, kultur tuan rumah pun ikut berubah.
Sosisalisasi adalah proses pemasyarakatan, yaitu seluruh proses apabila seorang individu dari masa kanak-kanak sampai dewasa, berkembang, berhubungan, mengenal, dan menyesuaikan diri dengan individu-individu lain dalam masyarakat. Menurut Soerjono Soekanto, sosialisasi adalah suatu proses di mana anggota masyarakat baru mempelajari norma-norma dan nilai-nilai masyarakat di mana ia menjadi anggota.
3. Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri.
Akulturasi mengacu pada proses dimana kultur seseorang dimodifikasi melalui kontak atau pemaparan langsung dengan kultur lain. Misalnya, bila sekelompok imigran kemudian berdiam di Amerika Serikat (kultur tuan rumah), kultur mereka sendiri akan dipengaruhi oleh kultur tuan rumah ini. Berangsur-angsur, nilai-nilai, cara berperilaku, serta kepercayaan dari kultur tuan rumah akan menjadi bagian dari kultur kelompok imigran itu. Pada waktu yang sama, kultur tuan rumah pun ikut berubah.
Pengaruh
Enkulturasi terhadap perkembangan psikologi individu
Enkulturasi mempengaruhi perkembangan psikologi individu melalui proses belajar dan penyesuaian alam pikiran dan sikap individu dengan sistem norma, adat, dan peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaannya
Enkulturasi mempengaruhi perkembangan psikologi individu melalui proses belajar dan penyesuaian alam pikiran dan sikap individu dengan sistem norma, adat, dan peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaannya
Pengaruh
Sosialisasi terhadap perkembangan psikologi individuSosiologi
mempengaruhi perkembangan psikologi individu melalui proses
pemasyarakatan, yaitu seluruh proses apabila seorang individu dari
masa kanak-kanak sampai dewasa, berkembang, berhubungan, mengenal,
dan menyesuaikan diri dengan individu-individu lain dalam masyarakat
Pengaruh
Akulturasi terhadap perkembangan psikologi individu
Akulturasi mempengaruhi perkembangan psikologi individu melalui suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing.
Akulturasi mempengaruhi perkembangan psikologi individu melalui suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing.
Awal
masa perkembangan dan pola kelekatan pada ibu atau pengasuh
Kelekatan pada ibu atau pengasuh sangat mempengaruhi masa perkembangan anak. Terbentuknya perilaku anak dapat dilihat dari bagaimana pola asuh anak tersebut selama masa perkembangannya. Misalnya, anak dididik untuk selalu disiplin, maka anak tersebut akan terbentuk disiplin, anak melihat orang tuanya selalu bertutur kata sopan maka anak tersebut akan bertutur kata sopan pula. Namun ketika anak berada pada lingkungan social dan pengasuh atau ibu tidak memperhatikan pergaulannya, maka anak tersebut akan terbawa budaya asing (diluar yang diajarkan orangtuanya). Misalnya ketika temannya mengucapkan kata-kata kasar dan sering didengar anak tersebut maka anak tersebut akan mengikuti perkataan-perkataan yang sering diucapkan teman—temannya.
Kelekatan pada ibu atau pengasuh sangat mempengaruhi masa perkembangan anak. Terbentuknya perilaku anak dapat dilihat dari bagaimana pola asuh anak tersebut selama masa perkembangannya. Misalnya, anak dididik untuk selalu disiplin, maka anak tersebut akan terbentuk disiplin, anak melihat orang tuanya selalu bertutur kata sopan maka anak tersebut akan bertutur kata sopan pula. Namun ketika anak berada pada lingkungan social dan pengasuh atau ibu tidak memperhatikan pergaulannya, maka anak tersebut akan terbawa budaya asing (diluar yang diajarkan orangtuanya). Misalnya ketika temannya mengucapkan kata-kata kasar dan sering didengar anak tersebut maka anak tersebut akan mengikuti perkataan-perkataan yang sering diucapkan teman—temannya.
SUMBER:
PSIKOLOGI LINTAS BUDAYA
Nama : Bunga Ode Kasih
NPM : 11510490
Kelas : 3PA02
MATA KULIAH : Psikologi Lintas Budaya
UNIVERSITAS GUNADARMA
TEMA 1
Definisi Psikologi Lintas Budaya
Menurut Segall,
Dasen dan Poortinga, psikologi lintas-budaya adalah kajian mengenai perilaku
manusia dan penyebarannya, sekaligus memperhitungkan cara perilaku itu dibentuk
dan dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial dan budaya. Definisi ini
mengarahkan perhatian pada dua hal pokok: keragaman perilaku manusia di dunia
dan kaitan antara perilaku terjadi. Definisi ini relatif sederhana dan
memunculkan banyak persoalan. Sejumlah definisi lain mengungkapkan beberapa
segi baru dan menekankan beberapa kompleksitas: 1. Riset lintas-budaya dalam
psikologi adalah perbandingan sistematik dan eksplisit antara variabel
psikologis di bawah kondisi-kondisi perbedaan budaya dengan maksud
mengkhususkan antesede-anteseden dan proses-proses yang memerantarai kemunculan
perbedaan perilaku
Tujuan Psikologi Lintas Budaya
Tujuan dari kajian
psikologi Lintas Budaya adalah mencari persamaan dan perbedaan dalam
fungsi-fungsi individu secara psikologis, dalaam berbagai budaya dan kelompok
etnik.
Hubungan antara Psikologi Lintas Budaya dengan
disiplin ilmu yang lain
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara
organisme dengan lingkungannya dan yang lainnya. Jadi hubungan Psikologi lintas
budaya dengan ilmu ekologi adalah melihat persamaan dan perbedaan dalam fungsi
individu secara psikologis, dalam berbagai budaya dan kelompok entnik
berdasarkan interaksi antara organisme dengan lingkungannya.
misalnya : dengan kita bertetangga dengan budaya yang
berbeda kita bisa berinteraksi dengan orang tersebut tanpa menyudutkan ras atau
etnik atau psikologi individu tersebut.
Hubungan Psikologi
Lintas Budaya dengan Biologi
Biologi atau ilmu hayat adalah ilmu yang mempelajari aspek
fisik kehidupan. Jadi hubungan Psikologi lintas budaya dengan ilmu biologi
adalah melihat persamaan dan perbedaan dalam fungsi individu secara psikologis,
dalam berbagai budaya dan kelompok entnik dengan mempelajari aspek kehidupan
fisik makhluk hidup.
Hubungan Psikologi
Lintas Budaya dengan Sosiologi
Menurut Soejono
Sukamto, Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada segi-segi
kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum
kehidupan masyarakat. Jadi hubungan Psikologi lintas budaya dengan ilmu
sosiologi adalah melihat persamaan dan perbedaan dalam fungsi individu secara
psikologis, dalam berbagai buadaya dan kelompok etnik yang berada dalam suatu
kehidupan masyarakat.
Psikologi Lintas
Budaya dan Antropologi
sering tumpang tindih, baik disiplin cenderung memfokuskan
pada aspek yang berbeda dari suatu budaya. Sebagai contoh, banyak masalah yang
menarik bagi psikolog yang tidak ditangani oleh antropolog, yang memiliki
masalah mereka sendiri secara tradisional, termasuk topik-topik seperti
kekerabatan, distribusi tanah, dan ritual. Ketika antropolog melakukan
berkonsentrasi pada bidang psikologi, mereka fokus pada kegiatan dimana data
dapat dikumpulkan melalui pengamatan langsung, seperti usia anak-anak di sapih
atau praktek pengasuhan anak. Namun, tidak ada tubuh yang signifikan data
antropologi pada banyak pertanyaan yang lebih abstrak sering ditangani oleh
psikolog, seperti konsepsi budaya intelijen .
Selasa, 20 Maret 2012
Aborsi sebabkan Gangguan Kesehatan Mental pada wanita
Wanita yang melakukan aborsi beresiko menderita gangguan mental yang parah. Demikian menurut hasil penelitian terbaru.
Pelaku aborsi menghadapi resiko dua kali lebih besar terkena gangguan mental dibanding perempuan lainnya. Disamping itu, satu dari setiap sepuluh kasus gangguan mental disebabkan oleh aborsi.
Hasil studi yang dilakukan akademisi Amerika Priscilla Coleman itu dipublikasikan di BritishJournal of Psychiatry dan mendapat dukungan dari Royal College of Psychiatrists.
Sebelumnya jurnal yang sama tiga tahun lalu, pernah mempertanyakan asumsi para pendukung kampanye dan pelaku aborsi yang menyatakan bahwa menghentikan kehamilan cenderung mengurangi daripada menaikkan resiko kesehatan perempuan.
Coleman mendasari kajiannya atas analisa terhadap 22 proyek yang berbeda dan analisa pengalaman 877.000 perempuan yang 163.831 di antaranya pernah melakukan aborsi.
"Hasilnya menunjukkan cukup konsisten bahwa aborsi berhubungan dengan peningkatan resiko masalah-masalah psikologis yang disebabkan oleh tindakan (aborsi) itu. Secara keseluruhan, hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan yang melakukan aborsi mengalami 81 persen kenaikan resiko gangguan mental dan hampir 10 persen kasus gangguan mental disebabkan secara langsung oleh aborsi," tulis laporan penelitian tersebut.
Aborsi berkaitan dengan 37 persen kasus depresi, 34 persen gangguan kecemasan, menyebabkan resiko kecanduan alkohol naik lebih dari dua kali lipat, tiga kali resiko penggunaan ganja dan memperbesar resiko bunuh diri.
Menurut Coleman, perempuan harus diberikan penjelasan mengenai resiko gangguan mental yang kemungkinan besar terjadi jika melakukan aborsi, sebelum tindakan tersebut dilakukan.*Sumber : dm/gn
Red: Dija
Kesehatan Mental (Mental Health)
Istilah Kesehatan Mental diambil dari konsep mental hygiene, kata mental berasal dari bahasa Yunani yang berarti Kejiwaan. Kata mental memilki persamaan makna dengan kata Psyhe yang berasal dari bahasa latin yang berarti Psikis atau Jiwa, jadi dapat diambil kesimpulan bahwa mental hygiene berarti mental yang sehat atau kesehatan mental. Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari keluhan dan gangguan mental baik berupa neurosis maupun psikosis (penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial).
Kesehatan mental terkait dengan
- bagaimana kita memikirkan, merasakan menjalani kehidupan sehari-hari
- bagaimana kita memandang diri sendiri dan sendiri dan orang lain
- bagaimana kita mengevaluasi berbagai alternatif dan mengambil keputusan.
Seperti halnya kesehatan fisik, kesehatan mental sangat penting bagi setiap fase kehidupan. kesehatan mental meliputi upaya-upaya mengatasi stres, berhubungan dengan orang lain, dan mengambil keputusan.
Diperkirakan bahwa hingga 1 dari 4 orang mengalami masalah kesehatan mental, yang mencakup spektrum yang sangat luas.
- Seseorang mungkin memiliki gangguan kesehatan mental atau didiagnosis yang mengalami periode tekanan mental.
- Mereka mungkin sakit untuk waktu yang lama, atau gejalamereka dapat dikendalikan dengan cara pengobatan, terapi atau lainnya.
- Sakit mental dapat menjadi faktor konstan dalam kehidupan seseorang, mungkin muncul kembali secara periodik, atau mungkin menjadi pengalaman satu kali.
Pengalaman setiap orang dari masalah kesehatan mental berbeda, dan tergantung pada
berbagai faktor, seperti:
->tingkat dan jenis tekanan mental
->lingkungan universitas dan dukungan yang diberikan
->orang-orang di sekitar mereka, pasangan, keluarga, guru,dll.
->mereka sebelumnya mengalami tekanan mental atau sakit.
Karakteristik pribadi yang sehat mentalnya juga dijelaskan pada tabel sebagai berikut (Syamsu Yusuf LN ; 1987).
ASPEK PRIBADI | KARAKTERISTIK |
Fisik | Perkembangannya normal. Berfungsi untuk melakukan tugas-tugasnya. Sehat, tidak sakit-sakitan. |
Psikis | Respek terhadap diri sendiri dan orang lain. Memiliki Insight dan rasa humor. Memiliki respons emosional yang wajar. Mampu berpikir realistik dan objektif. Terhindar dari gangguan-gangguan psikologis. Bersifat kreatif dan inovatif. Bersifat terbuka dan fleksibel, tidak difensif. Memiliki perasaan bebas untuk memilih, menyatakan pendapat dan bertindak. |
Sosial | Memiliki perasaan empati dan rasa kasih sayang (affection) terhadap orang lain, serta senang untuk memberikan pertolongan kepada orang-orang yang memerlukan pertolongan (sikap alturis). Mampu berhubungan dengan orang lain secara sehat, penuh cinta kasih dan persahabatan. Bersifat toleran dan mau menerima tanpa memandang kelas sosial, tingkat pendidikan, politik, agama, suku, ras, atau warna kulit. |
Moral-Religius | Beriman kepada Allah, dan taat mengamalkan ajaran-Nya. Jujur, amanah (bertanggung jawab), dan ikhlas dalam beramal. |
Tabel diatas menunjukan ciri-ciri mental yang sehat, sedangkan yang tidak sehat cirinya sebagai berikut :
- Perasaan tidak nyaman (inadequacy)
- Perasaan tidak aman (insecurity)
- Kurang memiliki rasa percaya diri (self-confidence)
- Kurang memahami diri (self-understanding)
- Kurang mendapat kepuasan dalam berhubungan sosial
- Ketidakmatangan emosi
- Kepribadiannya terganggu
- Mengalami patologi dalam struktur sistem syaraf (thorpe, dalam schneiders, 1964;61).
Syamsu Yusuf. 2009. Mental Hygiene. Bandung : Maestro
Langganan:
Postingan (Atom)