Entri Populer

Senin, 05 November 2012

Akulturasi dan Relasi Internakultural

Akulturasi psikologis adalah akulturasi yang terjadi pada psikologis seseorang atau suatu masyarakat, misalnya seseorang yang merantau akan terpengaruh dengan budaya yang ada ditempatnya merantau secara psikologis, seperti pola berpikir atau sifatnya, tetapi tidak membuat ia berubah seutuhnya menjadi seperti orang-orang asli ditempat tersebut.

Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsure dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsure kebudayaan kelompok itu sendiri. Menurut Koentjaraningrat (1996: 15), akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu di hadapkan dengan unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.
Sedangkan menurut Gillin & Gillin dalam bukunya “culture sociology”, memberikan definisi mengenai akulturasi sebagai proses dimana masyarakat-masyarakat yang berbeda-beda kebudayaannya mengalami perubahan oleh kontak yang sama dan langsung, tetapi dengan tidak sampai pada pencampuran yang komplit dan bulat dari kedua kebudayaan itu.
Contoh: Saat budaya rap dari negara asing digabungkan dengan bahasa jawa, sehingga menge-rap dengan menggunakan bahasa jawa.


Relasi Internakultural
Relasi internakultural atau komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang terjadi diantara orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda (bisa berbeda ras, etnik, atau sosioekonomi, atau gabungan dari semua perbedaan ini.MenurutStewart L. Tubbs, komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antara orang-orang yang berbeda budaya . kebudayaan adalah cara hidup yang berkembang dan dianut oleh sekelompok orang serta berlangsung dari generasi ke generasi.
Hamid Mowlana menyebutkan, komunikasi antarbudaya sebagaihumanflow across national boundaries. Misalnya: dalam keterlibatan suatu konfrensi internasional dimana bangsa-bangsa dari berbagai Negara berkumpul dan berkomunikasi satu sama lain.
Guo-Ming Chen dan William J. Sartosa mengatakan bahwa komunikasi antarbudaya adalah proses negosiasi atau pertukaran sistem simbolik yang membimbing perilaku manusia dan membatasi mereka dalam menjalankan fungsinya sebagai kelompok.

Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Akulturasi
http://nurulantropologi.blogspot.com/2011/03/asimilasi-dan-akulturasi.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_antarbudaya

Senin, 15 Oktober 2012

Transmisi Budaya dan Biologis serta Awal Perkembangan dan Pengasuhan

TEMA 2

Transmisi budaya adalah cara sekolompok manusia atau hewan yang berada di dalam suatu wilayah atau budaya untuk mempelajari suatu informasi baru. cara belajar sangat dipengaruhi oleh bagaimana budaya itu dapat disosialisasikan kepada anak kecil dan anak muda.

Bentuk – bentuk Transmisi Budaya 
1. Enkulturasi
Enkulturasi adalah Proses penerusan kebudayaan dari generasi yang satu kepada generasi berikutnya selama hidup seseorang individu dimulai dari insttitusi keluarga terutama tokoh ibu.
Enkulturasi mengacu pada proses dengan mana kultur (budaya) ditransmisikan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kita mempelajari kultur, bukan mewarisinya. Kultur ditransmisikan melalui proses belajar, bukan melalui gen. Orang tua, kelompok, teman, sekolah, lembaga keagamaan, dan lembaga pemerintahan merupakan guru-guru utama dibidang kultur. Enkulturasi terjadi melalui mereka.

2. Sosialisasi
Sosisalisasi adalah proses pemasyarakatan, yaitu seluruh proses apabila seorang individu dari masa kanak-kanak sampai dewasa, berkembang, berhubungan, mengenal, dan menyesuaikan diri dengan individu-individu lain dalam masyarakat. Menurut Soerjono Soekanto, sosialisasi adalah suatu proses di mana anggota masyarakat baru mempelajari norma-norma dan nilai-nilai masyarakat di mana ia menjadi anggota.

3. Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri.
Akulturasi mengacu pada proses dimana kultur seseorang dimodifikasi melalui kontak atau pemaparan langsung dengan kultur lain. Misalnya, bila sekelompok imigran kemudian berdiam di Amerika Serikat (kultur tuan rumah), kultur mereka sendiri akan dipengaruhi oleh kultur tuan rumah ini. Berangsur-angsur, nilai-nilai, cara berperilaku, serta kepercayaan dari kultur tuan rumah akan menjadi bagian dari kultur kelompok imigran itu. Pada waktu yang sama, kultur tuan rumah pun ikut berubah.


Pengaruh Enkulturasi terhadap perkembangan psikologi individu
Enkulturasi mempengaruhi perkembangan psikologi individu melalui proses belajar dan penyesuaian alam pikiran dan sikap individu dengan sistem norma, adat, dan peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaannya

Pengaruh Sosialisasi terhadap perkembangan psikologi individuSosiologi mempengaruhi perkembangan psikologi individu melalui proses pemasyarakatan, yaitu seluruh proses apabila seorang individu dari masa kanak-kanak sampai dewasa, berkembang, berhubungan, mengenal, dan menyesuaikan diri dengan individu-individu lain dalam masyarakat

Pengaruh Akulturasi terhadap perkembangan psikologi individu
Akulturasi mempengaruhi perkembangan psikologi individu melalui suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing.

Awal masa perkembangan dan pola kelekatan pada ibu atau pengasuh
Kelekatan pada ibu atau pengasuh sangat mempengaruhi masa perkembangan anak. Terbentuknya perilaku anak dapat dilihat dari bagaimana pola asuh anak tersebut selama masa perkembangannya. Misalnya, anak dididik untuk selalu disiplin, maka anak tersebut akan terbentuk disiplin, anak melihat orang tuanya selalu bertutur kata sopan maka anak tersebut akan bertutur kata sopan pula. Namun ketika anak berada pada lingkungan social dan pengasuh atau ibu tidak memperhatikan pergaulannya, maka anak tersebut akan terbawa budaya asing (diluar yang diajarkan orangtuanya). Misalnya ketika temannya mengucapkan kata-kata kasar dan sering didengar anak tersebut maka anak tersebut akan mengikuti perkataan-perkataan yang sering diucapkan teman—temannya.

SUMBER:

PSIKOLOGI LINTAS BUDAYA


Nama : Bunga Ode Kasih

NPM : 11510490

Kelas : 3PA02

MATA KULIAH : Psikologi Lintas Budaya
UNIVERSITAS GUNADARMA

TEMA 1

Definisi Psikologi Lintas Budaya
 Menurut Segall, Dasen dan Poortinga, psikologi lintas-budaya adalah kajian mengenai perilaku manusia dan penyebarannya, sekaligus memperhitungkan cara perilaku itu dibentuk dan dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial dan budaya. Definisi ini mengarahkan perhatian pada dua hal pokok: keragaman perilaku manusia di dunia dan kaitan antara perilaku terjadi. Definisi ini relatif sederhana dan memunculkan banyak persoalan. Sejumlah definisi lain mengungkapkan beberapa segi baru dan menekankan beberapa kompleksitas: 1. Riset lintas-budaya dalam psikologi adalah perbandingan sistematik dan eksplisit antara variabel psikologis di bawah kondisi-kondisi perbedaan budaya dengan maksud mengkhususkan antesede-anteseden dan proses-proses yang memerantarai kemunculan perbedaan perilaku


Tujuan Psikologi Lintas Budaya
Tujuan dari kajian psikologi Lintas Budaya adalah mencari persamaan dan perbedaan dalam fungsi-fungsi individu secara psikologis, dalaam berbagai budaya dan kelompok etnik.

Hubungan antara Psikologi Lintas Budaya dengan disiplin ilmu yang lain
 Hubungan Psikologi Lintas Budaya dengan Ekologi
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkungannya dan yang lainnya. Jadi hubungan Psikologi lintas budaya dengan ilmu ekologi adalah melihat persamaan dan perbedaan dalam fungsi individu secara psikologis, dalam berbagai budaya dan kelompok entnik berdasarkan interaksi antara organisme dengan lingkungannya.
misalnya : dengan kita bertetangga dengan budaya yang berbeda kita bisa berinteraksi dengan orang tersebut tanpa menyudutkan ras atau etnik atau psikologi individu tersebut.

Hubungan Psikologi Lintas Budaya dengan Biologi
Biologi atau ilmu hayat adalah ilmu yang mempelajari aspek fisik kehidupan. Jadi hubungan Psikologi lintas budaya dengan ilmu biologi adalah melihat persamaan dan perbedaan dalam fungsi individu secara psikologis, dalam berbagai budaya dan kelompok entnik dengan mempelajari aspek kehidupan fisik makhluk hidup.

Hubungan Psikologi Lintas Budaya dengan Sosiologi
     Menurut Soejono Sukamto, Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada segi-segi kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum kehidupan masyarakat. Jadi hubungan Psikologi lintas budaya dengan ilmu sosiologi adalah melihat persamaan dan perbedaan dalam fungsi individu secara psikologis, dalam berbagai buadaya dan kelompok etnik yang berada dalam suatu kehidupan masyarakat.

Psikologi Lintas Budaya dan Antropologi
sering tumpang tindih, baik disiplin cenderung memfokuskan pada aspek yang berbeda dari suatu budaya. Sebagai contoh, banyak masalah yang menarik bagi psikolog yang tidak ditangani oleh antropolog, yang memiliki masalah mereka sendiri secara tradisional, termasuk topik-topik seperti kekerabatan, distribusi tanah, dan ritual. Ketika antropolog melakukan berkonsentrasi pada bidang psikologi, mereka fokus pada kegiatan dimana data dapat dikumpulkan melalui pengamatan langsung, seperti usia anak-anak di sapih atau praktek pengasuhan anak. Namun, tidak ada tubuh yang signifikan data antropologi pada banyak pertanyaan yang lebih abstrak sering ditangani oleh psikolog, seperti konsepsi budaya intelijen .

Selasa, 20 Maret 2012

Aborsi sebabkan Gangguan Kesehatan Mental pada wanita


Wanita yang melakukan aborsi beresiko menderita gangguan mental yang parah. Demikian menurut hasil penelitian terbaru.

Pelaku aborsi menghadapi resiko dua kali lebih besar terkena gangguan mental dibanding perempuan lainnya. Disamping itu, satu dari setiap sepuluh kasus gangguan mental disebabkan oleh aborsi.

Hasil studi yang dilakukan akademisi Amerika Priscilla Coleman itu dipublikasikan di British
Journal of Psychiatry dan mendapat dukungan dari Royal College of Psychiatrists.

Sebelumnya jurnal yang sama tiga tahun lalu, pernah mempertanyakan asumsi para pendukung kampanye dan pelaku aborsi yang menyatakan bahwa menghentikan kehamilan cenderung mengurangi daripada menaikkan resiko kesehatan perempuan.

Coleman mendasari kajiannya atas analisa terhadap 22 proyek yang berbeda dan analisa pengalaman 877.000 perempuan yang 163.831 di antaranya pernah melakukan aborsi.

"Hasilnya menunjukkan cukup konsisten bahwa aborsi berhubungan dengan peningkatan resiko masalah-masalah psikologis yang disebabkan oleh tindakan (aborsi) itu. Secara keseluruhan, hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan yang melakukan aborsi mengalami 81 persen kenaikan resiko gangguan mental dan hampir 10 persen kasus gangguan mental disebabkan secara langsung oleh aborsi," tulis laporan penelitian tersebut.

Aborsi berkaitan dengan 37 persen kasus depresi, 34 persen gangguan kecemasan, menyebabkan resiko kecanduan alkohol naik lebih dari dua kali lipat, tiga kali resiko penggunaan ganja dan memperbesar resiko bunuh diri.

Menurut Coleman, perempuan harus diberikan penjelasan mengenai resiko gangguan mental yang kemungkinan besar terjadi jika melakukan aborsi, sebelum tindakan tersebut dilakukan.*
Sumber : dm/gn
Red: Dija




Kesehatan Mental (Mental Health)



     Istilah Kesehatan Mental diambil dari konsep mental hygiene, kata mental berasal dari bahasa Yunani yang berarti Kejiwaan. Kata mental memilki persamaan makna dengan kata Psyhe yang berasal dari bahasa latin yang berarti Psikis atau Jiwa, jadi dapat diambil kesimpulan bahwa mental hygiene berarti mental yang sehat atau kesehatan mental. Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari keluhan dan gangguan mental baik berupa neurosis maupun psikosis (penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial).

Kesehatan mental terkait dengan 

    •  bagaimana kita memikirkan, merasakan menjalani kehidupan  sehari-hari 
    • bagaimana kita memandang diri sendiri dan sendiri dan orang lain
    • bagaimana kita mengevaluasi berbagai alternatif dan mengambil keputusan. 

Seperti halnya kesehatan fisik, kesehatan mental sangat penting bagi setiap fase kehidupan. kesehatan mental meliputi upaya-upaya mengatasi stres, berhubungan dengan orang lain, dan mengambil keputusan. 


Diperkirakan bahwa hingga 1 dari 4 orang mengalami masalah kesehatan mental, yang mencakup spektrum yang sangat luas.

    • Seseorang mungkin memiliki gangguan kesehatan mental atau didiagnosis yang mengalami periode tekanan mental.
    • Mereka mungkin sakit untuk waktu yang lama, atau gejalamereka dapat dikendalikan dengan cara pengobatan, terapi atau lainnya.
    • Sakit mental dapat menjadi faktor konstan dalam kehidupan seseorang, mungkin muncul kembali secara periodik, atau mungkin menjadi pengalaman satu kali.

Pengalaman setiap orang dari masalah kesehatan mental berbeda, dan tergantung pada 
berbagai faktor, seperti:
->tingkat dan jenis tekanan mental
->lingkungan universitas dan dukungan yang diberikan
->orang-orang di sekitar mereka, pasangan, keluarga, guru,dll.
->mereka sebelumnya mengalami tekanan mental atau sakit.

Karakteristik pribadi yang sehat mentalnya juga dijelaskan pada tabel sebagai berikut (Syamsu Yusuf LN ; 1987).

ASPEK PRIBADI
KARAKTERISTIK
Fisik
Perkembangannya normal.
Berfungsi untuk melakukan tugas-tugasnya.
Sehat, tidak sakit-sakitan.
Psikis
Respek terhadap diri sendiri dan orang lain.
Memiliki Insight dan rasa humor.
Memiliki respons emosional yang wajar.
Mampu berpikir realistik dan objektif.
Terhindar dari gangguan-gangguan psikologis.
Bersifat kreatif dan inovatif.
Bersifat terbuka dan fleksibel, tidak difensif.
Memiliki perasaan bebas untuk memilih, menyatakan pendapat dan bertindak.
Sosial
Memiliki perasaan empati dan rasa kasih sayang (affection) terhadap orang lain, serta senang untuk memberikan pertolongan kepada orang-orang yang memerlukan pertolongan (sikap alturis).
Mampu berhubungan dengan orang lain secara sehat, penuh cinta kasih dan persahabatan.
Bersifat toleran dan mau menerima tanpa memandang kelas sosial, tingkat pendidikan, politik, agama, suku, ras, atau warna kulit.
Moral-Religius
Beriman kepada Allah, dan taat mengamalkan ajaran-Nya.
Jujur, amanah (bertanggung jawab), dan ikhlas dalam beramal.

Tabel diatas menunjukan ciri-ciri mental yang sehat, sedangkan yang tidak sehat cirinya sebagai berikut :
  1. Perasaan tidak nyaman (inadequacy) 
  2. Perasaan tidak aman (insecurity) 
  3. Kurang memiliki rasa percaya diri (self-confidence) 
  4. Kurang memahami diri (self-understanding) 
  5. Kurang mendapat kepuasan dalam berhubungan sosial 
  6. Ketidakmatangan emosi 
  7. Kepribadiannya terganggu 
  8. Mengalami patologi dalam struktur sistem syaraf (thorpe, dalam schneiders, 1964;61).

Syamsu Yusuf. 2009. Mental Hygiene. Bandung : Maestro