Terapi perilaku dilakukan oleh seorang Behavior Therapist. Biasanya terapi perilaku ini akan disarankan oleh dokter/psikolog Anda jika anak dievaluasi mengalami ADD (Attention Defisit Disorder) atau ADHD (Attention Defisit Hyperactivity Disorder).
ADD/ADHD adalah suatu kondisi pada otak secara biologik, yang menyebabkan seseorang tidak bisa memperhatikan/berkonsentrasi, gampang berpindah perhatian, atau mempunyai perilaku yang impulsif/hiperaktif. Ini juga termasuk salah satu dari hambatan tumbuh kembang anak yang paling umum. Gejala ini bisa berlanjut hingga remaja dan dewasa. Jika tidak diterapi, ADHD bisa menyebabkan performa sekolah/kerja yang jelek, relasi sosial yang jelek, dan rasa rendah diri pada umumnya.
Ada banyak metode terapi yang bisa diterapkan dan keefektifannya berbeda untuk tiap anak/orang. Terapi harus disesuaikan dengan kebutuhan anak, lingkungan keluarga, medik, dan latar belakang anak). Konseling, pendidikan, dan terapi perilaku digabungkan dengan perawatan medik bisa menghasilkan hasil yang baik.
Entri Populer
-
Metode Ilmiah adalah cara untuk membuktikan, menemukan ataupun menyanggah suatu pengetahuan dengan berdasarkan bukti-bukti yang dapat dikur...
-
Melestarikan lingkungan hidup merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditunda lagi dan bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah atau pemimp...
-
Analisis Transaksional (AT) adalah salah satu pendekatan Psychotherapy yang menekankan pada hubungan interaksional. AT dapat dipergunakan...
-
Central to Rogers' (1959) theory adalah gagasan tentang diri atau konsep diri. Ini didefinisikan sebagai "set, terorganisir konsis...
-
TEORI EKSISTENSIAL – HUMANISTIK Teori dan Pendekatan Konseling Eksistensial-humanistik berfokus pada diri manusia. Pend...
-
Istilah Terapi Emotif Rasional (TRE / RET --- Rational Emotive Therapy ) sukar digantikan dengan istilah bahasa Indonesia yang mengena; p...
-
Wanita yang melakukan aborsi beresiko menderita gangguan mental yang parah. Demikian menurut hasil penelitian terbaru. Pelaku aborsi meng...
-
Teori Psikoanalisa Freud memusatkan perhatian pada pentingnya pengalaman masa kanak-kanak. Dalam pandang ini, benih-benih gangguan psikolo...
-
Istilah Kesehatan Mental diambil dari konsep mental hygiene, kata mental berasal dari bahasa Yunani yang berarti Kejiwaan. Kata me...
-
Saturnus adalah sebuah planet di tata surya yang dikenal juga sebagai planet bercincin. Jarak Saturnus sangat jauh dari Matahari, karena itu...
Rabu, 01 Mei 2013
Rational Emotive Therapy
Istilah Terapi Emotif Rasional (TRE / RET --- Rational Emotive Therapy) sukar digantikan dengan istilah bahasa Indonesia yang mengena; paling-paling dapat dideskripsikan dengan mengatakan: corak konseling yang menekankan kebersamaan dan interaksi antara berpikir dan akal sehat (rational thingking, berperasaan (emoting), dan berperilaku (acting), serta sekaligus menekankan bahwa suatu perubahan yang mendalam dalam cara berpikir dapat menghasilkan perubahan yang berarti dalam cara berperasaan dan berperilaku. Maka, orang yang mengalami gangguan dalam alam perasaannya, harus dibantu untuk meninjau kembali cara berpikir dan memanfaatkan akal sehat.
Pelopor dalam sekaligus promoter utama corak konseling ini adalah Albert Ellis, yang telah banyak menerbitkan banyak karangan dan buku, antara lain buku yang berjudul Reason and Emotion in Psychotherapy (1962), A New Guide to Rational Living (1975), serta karangan Burks Theories of Counselling yang berjudul The Rational Emotive Approach to Counselling dalam buku Burks Theories of Counselling (1979).
Menurut pengakuannya Ellis sendiri, corak konseling Rational Emotive Terapi (disingkat RET) berasal dari aliran pendekatan Kognitif Behavioristik. Banyak buku yang telah terbit mengenai tata cara memberikan konseling kepada diri sendiri, mengambil inspirasi dari gerakan RET, misalnya J. Lembo, Help Yourself, yang telah disadur pula kedalam bahasa Indonesia dengan judul Berusahalah Sendiri (1980).
Corak konseling RET berpangkal pada beberapa keyakinan tentang martabat manusia dan tentang proses manusia dapat mengubah diri, yang sebagian bersifat filsafat dan sebagian lagi bersifat psikologis, yaitu:
a. Manusia adalah mahluk yang manusiawi, artinya dia bukan superman dan juga bukan mahluk yang kurang dari seorang manusia. Manusia mempunyai kekurangan dan keterbatasan, yang mereka atasi sampai taraf tertentu. Selama manusia hidup di dunia ini, dia harus berusaha untuk menikmatinya sebaik mungkin.
b. Perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh bekal keturunan atau pembawaan, tetapi sekaligus juga tergantung dari pilihan-pilihan yang dibuat sendiri. Nilai-nilai kehidupan (values) untuk sebagian ditentukan baginya.
c. Hidup secara rasional berarti berpikir, berperasaan, dan berperilaku sedemikian rupa, sehingga kebahagiaan hidup dapat dicapai secara efisien dan efektif. Bilamana orang berpikir, berperasaan dan berperilaku sedemikian rupa, sehingga segala tujuan yang dikejar tidak tercapai, mereka ini hidup secara tidak rasional. Dengan demikian berpikir rasional menunjuk pada akal sehat, sehingga sungguh-sungguh membantu mencapai kebahagiaan di hidup ini. Orang yang tidak mencapai kebahagian itu harus mempersalahkan dirinya sendiri karena tidak menggunakan akal sehatnya secara semestinya.
d. Manusia memiliki kecenderungan yang kuat untuk hidup secara rasional dan sekaligus untuk hidup secara tidak rasional. Dia dapat berpikir dengan akal sehat, tetapi dapat juga berpikir salah.
e. Orang kerap berpegang pada setumpuk keyakinan yang sebenarnya kurang masuk akal atau irrasional (irational beliefs), yang ditanamkan sejak kecil dalam lingkungan kebudayaan atau diciptakan sendiri. Mungkin juga keyakinan-keyakinan itu merupakan gabungan dari pengaruh lingkungan sosial dan gagasannya sendiri. Tumpukan keyakinan irasional cenderung untuk bertahan lama, bahkan orang cenderung memperkuatnya sendiri dengan berbagai dalih. Albert Ellis sendiri mengakui mula-mula merumuskan 11 keyakinan irasional yang dianggapnya dipegang oleh banyak orang, tetapi kemudian ditinjau kembali. Jumlah itu dikurangi sampai tiga keyakinan dasar yang irasional, yaitu tiga keharusan yang disampaikan oleh orang kepada dirinya sendiri:
Teapi Emotif Rasional yang dikembangkan oleh Albert Ellis merupakan bagian dari terapi CBT (cognitive behaviural therapy) lebih banyak kesamaannya dengan terapi-terapi yang berorientasi kognitif-tingkah laku-tindakan dalam arti menitik beratkan pada proses berpikir, menilai, memuuskan, menganalisa dan bertindak. Konsep-konsep Teapi Emotif Rasional membangkitkan sejumlah pertanyaan yang sebaiknya, seperti: Apakah pada dasarnya psikoterapi merupakan proses reeduksi? Apakah sebaiknya terapis berfungsi terutama sebagai guru? Apakah pantas para terapis menggunakan propaganda, persuasi, dan saran-saran yang sangat direktif? Sampai mana membebaskan keefektifan usaha membebaskan para klien dari “keyakinan-keyakinan irasional” nya dengan menggunakan logika, nasihat, informasi, dan penafsiran-penafsiran.
Senin, 15 April 2013
Transactional Analysis
Analisis
Transaksional (AT) adalah salah satu pendekatan Psychotherapy yang
menekankan pada hubungan interaksional. AT dapat dipergunakan untuk
terapi individual, tetapi terutama untuk pendekatan kelompok. Pendekatan
ini menekankan pada aspek perjanjian dan keputusan. Melalui perjanjian
ini tujuan dan arah proses terapi dikembangkan sendiri oleh klien, juga
dalam proses terapi ini menekankan pentingnya keputusan-keputusan yang
diambil oleh klien. Maka proses terapi mengutamakan kemampuan klien
untuk membuat keputusan sendiri, dan keputusan baru, guna kemajuan
hidupnya sendiri.
AT
dikembangkan oleh Eric Berne tahun 1960 yang ditulisnya dalam buku
Games People Play. Berne adalah seorang ahli ilmu jiwa terkenal dari
kelompok Humanisme. Pendekatan analisis transaksional ini berlandaskan
teori kepribadian yang berkenaan dengan analisis struktural dan
transaksional. Teori ini menyajikan suatu kerangka bagi analisis
terhadap tiga kedudukan ego yang terpisah, yaitu : orang tua, orang
dewasa, dan anak. Pada dasarnya teori analisis transaksional berasumsi
bahwa orang-orang bisa belajar mempercayai dirinya sendiri, berpikir,
dan memutusakan untuk dirinya sendiri, dan mengungkapkan perasaan-
perasaannya.
Dalam mengembangkan pendekatan ini Eric Berne menggunakan berbagai bentuk permainan antara orang tua, orang dewasa dan anak.
Dalam
eksprerimen yang dilakukan Berne mencoba meneliti dan menjelaskan
bagaimana status ego anak, orang dewasa dan orang tua, dalam interaksi
satu sama lain, serta bagaimana gejala hubungan interpersonal ini muncul
dalam berbagai bidang kehidupan seperti misalnya dalam keluarga, dalam
pekerjaan, dalam sekolah, dan sebagainya.
Dari
eksperimen ini Berne mengamati bahwa kehidupan sehari-hari banyak
ditentukan oleh bagaimana ketiga status ego (anak, dewasa, dan orang
tua) saling berinteraksi dan hubungan traksaksional antara ketiga status
ego itu dapat mendorong pertumbuhan diri seseorang, tetapi juga dapat
merupakan sumber-sumber gangguan psikologis. Percobaan Eric Berne ini
dilakukan hamper 15 tahun dan akhirnya dia merumuskan hasil percobaannya
itu dalam suatu teori yang disebut Analisis Transaksional dalam
Psikoterapi yang diterbitkan pada tahun 1961. Selanjutnya tahun 1964 dia
menulis pula tentang Games Pupil Play, dan tahun 1966 menerbitkan
Principles of Group Treatment. Pengikut Eric Berne adalah Thomas Harris,
Mc Neel J. dan R. Grinkers.
KONSEP-KONSEP UTAMA
Konsep Dasar Pandangan tentang sikap manusia
Analisis
Transaksional berakar dalam suatu filsafat anti deterministik yang
memandang bahwa kehidupan manusia bukanlah suatu yang sudah ditentukan.
Analisis Transaksional didasarkan pada asumsi atau anggapan bahwa orang
mampu memahami keputusan-keputusan pada masa lalu dan kemudian dapat
memilih untuk memutuskan kembali atau menyesuaikan kembali keputusan
yang telah pernah diambil. Berne dalam pandangannya meyakini bahwa
manusia mempunyai kapasitas untuk memilih dan, dalam menghadapi
persoalan-persoalan hidupnya.
Kata
transaksi selalu mengacu pada proses pertukaran dalam suatu hubungan.
Dalam komunikasi antarpribadi pun dikenal transaksi, yang dipertukarkan
adalah pesan pesan baik verbal maupun nonverbal. Analisis transaksional
sebenarnya bertujuan untuk mengkaji secara mendalam proses transaksi
(siapa-siapa yang terlibat di dalamnya dan pesan apa yang
dipertukarkan).
Perwakilan Ego
Dalam
diri setiap manusia, seperti dikutip Collins (1983), memiliki tiga
status ego. Sikap dasar ego yang mengacu pada sikap orang tua (Parent=
P. exteropsychic); sikap orang dewasa (Adult=A. neopsychic); dan ego
anak (Child = C, arheopsychic). Ketiga sikap tersebut dimiliki setiap
orang (baik dewasa, anak-anak, maupun orangtua). AT menggunakan suatu
sistem terapi yang berlamdaskan pada teori kepribadian yang menggunakan
pola perwakilan ego yang erpisah; orang tua, orang dewasa, dan anak.
Menurut corey (1988), bahwa ego orang tua adalah bagian kepribadian yang
merupakan introyeksi dari orang tua atau subtitusi orang tua. Jika ego
orang tua itu dialami kembali oleh kita, maka apa yang dibayangkan
adalah perasaan-perasaan orang tua kita dalam suatu situasi, atau kita
merasa dan bertindak terhadap orang lain dengan cara yang sama dengan
perasaaan dan tindakan orang tua kita terhadap diri kita. Ego orang tua
berisi perintah-perintah “harus” dan “semestinya”. Orang tua dalam diri
kita bisa “orang tua pelindung” atau orang tua pengkritik”.
Ego
orang dewasa adalah pengolah data dan informasi., adalah bagian
objektif dari kepribadian, juga menjadi bagian dari kepribadian yang
mengetahui apa yang sedang terjadi. Dia tidak emosional dan meghakimi,
tetapi menangani fakta-fakta dan kenyataan ekternal. Berdasarkan
informasi yang tersedia, ego orang dewasa menghasilkan pemecahan yang
paling baik untuk masalah-masalah tertentu.
Selanjutnya,
ego anak berisi perasaan-perasaan, dorongan dan tindakan yang bersifat
spontan, “anak” yang berada dalam diri kita bisa berupa “anak alamiah,”
adalah anak yang impulsif, tak terlatih, spontan, dan ekspresif. Dia
adalah bagian dari ego anak yang intuitif. Ada juga berupa “anak
disesuiakan,” yaitu merupakan modifikasi-modifikasi yang dihasilkan oleh
pengalaman traumatik, tuntutan-tuntutan, latihan, dan
ketepatan-ketepatan tentang bagaimana caranya memperoleh perhatian.
Logoterapi
Pengertian Logoterapi
Logoterapi diperkenalkan oleh Viktor Frankl, seorang dokter ahli penyakit saraf dan jiwa (neuro-psikiater). Logoterapi berasal dari kata “logos” yang dalam bahasa Yunani berarti makna (meaning) dan juga rohani (spirituality),
sedangkan terapi adalah penyembuhan atau pengobatan. Logoterapi secara
umum dapat digambarkan sebagai corak psikologi/ psikiatri yang mengakui
adanya dimensi kerohanian pada manusia di samping dimensi ragawi dan
kejiwaan, serta beranggapan bahwa makna hidup (the meaning of life) dan hasrat untuk hidup bermakna (the will of meaning) merupakan motivasi utama manusia guna meraih taraf kehidupan bermakna (the meaningful life) yang didambakannya.
Ada tiga asas utama logoterapi yang menjadi inti dari terapi ini, yaitu:
- Hidup itu memiliki makna (arti) dalam setiap situasi, bahkan dalam penderitaan dan kepedihan sekalipun. Makna adalah sesuatu yang dirasakan penting, benar, berharga dan didambakan serta memberikan nilai khusus bagi seseorang dan layak dijadikan tujuan hidup.
- Setiap manusia memiliki kebebasan – yang hampir tidak terbatas – untuk menentukan sendiri makna hidupnya. Dari sini kita dapat memilih makna atas setiap peristiwa yang terjadi dalam diri kita, apakah itu makna positif atupun makna yang negatif. Makna positif ini lah yang dimaksud dengan hidup bermakna.
- Setiap manusia memiliki kemampuan untuk mangambil sikap terhadap peristiwa tragis yang tidak dapat dielakkan lagi yang menimpa dirinya sendiri dan lingkungan sekitar. Contoh yang jelas adalah seperti kisah Imam Ali diatas, ia jelas-jelas mendapatkan musibah yang tragis, tapi ia mampu memaknai apa yang terjadi secara positif sehingga walaupun dalam keadaan yang seperti itu Imam tetap bahagia.
Ajaran Logoterapi
Ketiga asas itu tercakup dalam ajaran logoterapi mengenai eksistensi manusia dan makna hidup sebagai berikut.
a. Dalam setiap keadaan, termasuk dalam penderitaan sekalipun, kehidupan ini selalu mempunyai makna.
b. Kehendak untuk hidup bermakna merupakan motivasi utama setiap orang.
c. Dalam
batas-batas tertentu manusia memiliki kebebasan dan tanggung jawab
pribadi untuk memilih, menentukan dan memenuhi makna dan tujuan
hidupnya.
d. Hidup bermakna diperoleh dengan jalan merealisasikan tiga nilai kehidupan, yaitu nilai-nilai kreatif (creative values), nilai-nilai penghayatan (eksperiental values) dan nilai-nilai bersikap (attitudinal values).
Tujuan dari logoterapi adalah agar setiap pribadi:
a. memahami
adanya potensi dan sumber daya rohaniah yang secara universal ada pada
setiap orang terlepas dari ras, keyakinan dan agama yang dianutnya;
b. menyadari bahwa sumber-sumber dan potensi itu sering ditekan, terhambat dan diabaikan bahkan terlupakan;
c. memanfaatkan
daya-daya tersebut untuk bangkit kembali dari penderitaan untuk mamp[u
tegak kokoh menghadapi berbagai kendala, dan secara sadar mengembangkan
diri untuk meraih kualitas hidup yang lebih bermakna.
Pandangan Logoterapi terhadap Manusia
a. Menurut Frankl manusia merupakan kesatuan utuh dimensi ragawi, kejiwaan dan spiritual. Unitas bio-psiko-spiritual.
b. Frankl
menyatakan bahwa manusia memiliki dimensi spiritual yang terintegrasi
dengan dimensi ragawai dan kejiwaan. Perlu dipahami bahwa sebutan “spirituality”
dalam logoterapi tidak mengandung konotasi keagamaan karena dimens ini
dimiliki manusia tanpa memandang ras, ideology, agama dan keyakinannya.
Oleh karena itulah Frankl menggunakan istilah noetic sebagai padanan dari spirituality, supaya tidak disalahpahami sebagai konsep agama.
c. Dengan adanya dimensi noetic ini manusiamampu melakukan self-detachment, yakni dengan sadar mengambil jarak terhadap dirinya serta mampu meninjau dan menilai dirinya sendiri.
d. Manusia
adalah makhluk yang terbuka terhadap dunia luar serta senantiasa
berinteraksi dengan sesama manusia dalam lingkungan sosial-budaya serta
mampu mengolah lingkungan fisik di sekitarnya.
Logoterapi sebagai Teori Kepribadian
Kerangka pikir teori kepribadian model logoterapi dan dinamika kepribadiannya dapat digambarkan sebagai berikut:
Setiap
orang selalu mendambakan kebahagiaan dalam hidupnya. Dalam pandangan
logoterapi kebahagiaan itu tidak datang begitu saja, tetapi merupakan
akibat sampingan dari keberhasilan seseorang memenuhi keinginannya untuk
hidup bermakna (the will to meaning). Mereka yang berhasil memenuhinya akan mengalami hidup yang bermakna (meaningful life) dan ganjaran (reward)
dari hidup yang bermakna adalah kebahagiaan (happiness). Di lain pihak
mereka yang tak berhasil memenuhi motivasi ini akan mengalami kekecewaan
dan kehampaan hidup serta merasakan hidupnya tidak bermakna (meaningless).
Selanjutnya akibat dari penghayatan hidup yang hampa dan tak bermakna
yang berlarut-larut tidak teratasi dapat mengakibatkan gangguan neurosis
(noogenik neurosis) mengembangkan karakter totaliter (totalitarianism) dan konformis (conformism).
Oleh : Luthfi Seli Fauzi
Person Centered Therapy - Carl Rogers
Central to Rogers' (1959) theory adalah gagasan tentang diri atau konsep diri. Ini didefinisikan sebagai "set, terorganisir konsisten persepsi dan keyakinan tentang diri sendiri". Ini
terdiri dari semua ide dan nilai-nilai yang menjadi ciri 'I' dan 'saya'
dan termasuk persepsi dan menilai dari 'apa yang saya' dan 'apa yang
bisa saya lakukan'
Salah satu perbedaan utama antara konselor dan terapis humanistik lainnya adalah bahwa mereka merujuk kepada mereka dalam terapi sebagai 'klien', bukan 'pasien'. Hal ini karena mereka melihat terapis dan klien sebagai mitra sejajar dan bukan sebagai ahli mengobati pasien.
Tidak seperti terapi lain klien bertanggung jawab untuk meningkatkan hidupnya, bukan terapis. Ini adalah perubahan yang disengaja dari kedua psikoanalisis dan terapi perilaku dimana pasien didiagnosis dan diobati oleh dokter. Sebaliknya, klien sadar dan rasional memutuskan untuk diri mereka sendiri apa yang salah dan apa yang harus dilakukan tentang hal itu. Terapis adalah lebih dari seorang teman atau konselor yang mendengarkan dan mendorong pada tingkat yang sama.
Salah satu alasan mengapa Rogers (1951) dikeluarkan interpretasi adalah bahwa ia percaya bahwa, meskipun gejala tidak timbul dari pengalaman masa lalu, itu lebih berguna bagi klien untuk fokus pada masa sekarang dan masa depan dari pada masa lalu. Daripada hanya klien membebaskan dari sana masa lalu, sebagai terapis psikodinamik bertujuan untuk melakukan, Rogerians berharap dapat membantu klien mereka untuk mencapai pertumbuhan pribadi dan akhirnya untuk diri mengaktualisasikan.
Seseorang memasuki terapi orang berpusat dalam keadaan ketidaksesuaian. Ini adalah peran terapis untuk membalikkan situasi ini. Rogers (1959) disebut pendekatan terapi nya terapi berpusat pada klien atau orang-berpusat karena fokus pada pandangan subyektif seseorang dunia.
Rogers dianggap setiap orang sebagai "individu yang berpotensi kompeten" yang bisa mendapatkan keuntungan yang besar dari wujudnya terapi. Tujuan terapi humanistik Roger adalah untuk meningkatkan perasaan seseorang harga diri, mengurangi tingkat ketidaksesuaian antara diri ideal dan aktual, dan membantu seseorang menjadi lebih dari orang yang berfungsi sepenuhnya.
Klien-tengah terapi beroperasi sesuai dengan tiga prinsip dasar yang mencerminkan sikap terapis untuk klien:
1. Terapis adalah sama dan sebangun dengan klien.
2. Terapis menyediakan klien dengan hal positif tanpa syarat.
3. Terapis menunjukkan pemahaman empati kepada klien.
Kongruensi dalam Konseling
Kongruensi juga disebut keaslian. Kongruensi adalah atribut paling penting dalam konseling, menurut Rogers. Ini
berarti bahwa, tidak seperti terapis psikodinamik yang umumnya
memelihara 'layar kosong' dan mengungkapkan sedikit kepribadian mereka
sendiri dalam terapi, yang Rogerian sangat ingin untuk memungkinkan
klien untuk mengalami mereka sebagaimana adanya. Terapis tidak memiliki façade (seperti psikoanalisis), yaitu, pengalaman terapis internal dan eksternal adalah satu dalam sama. Singkatnya, terapis itu asli.
Unconditional Positif RegardKondisi inti berikutnya Rogerian adalah hal positif tanpa syarat. Rogers percaya bahwa bagi orang untuk tumbuh dan memenuhi potensi mereka adalah penting bahwa mereka dihargai sebagai diri mereka sendiri. Hal ini mengacu pada kepedulian terapis mendalam dan tulus untuk klien. Terapis mungkin tidak menyetujui beberapa tindakan klien, tetapi terapis tidak menyetujui klien. Singkatnya, terapis perlu memiliki sikap "Saya akan menerima Anda seperti Anda." Konselor orang-berpusat demikian berhati-hati untuk selalu menjaga sikap positif kepada klien, bahkan ketika muak dengan tindakan klien.Empati adalah kemampuan untuk memahami apa yang klien rasakan. Hal ini mengacu pada kemampuan terapis untuk memahami sensitif dan akurat [tapi tidak simpatik] pengalaman klien dan perasaan di sini-dan-sekarang. Bagian penting dari tugas konselor orang-berpusat adalah mengikuti persis apa yang klien rasakan dan mengkomunikasikan kepada mereka bahwa terapis mengerti apa yang mereka rasakan.
Dalam kata-kata Rogers (1975), pemahaman empatik yang akurat adalah sebagai berikut:"Jika saya benar-benar terbuka untuk jalan kehidupan yang dialami oleh orang lain ... jika saya dapat mengambil nya atau dunia ke dalam tambang, maka saya melihat risiko hidup nya atau cara nya ... dan sedang berubah sendiri, dan kami semua menolak perubahan. Karena kita semua menolak perubahan, kita cenderung untuk melihat dunia orang lain hanya dalam hal kita, bukan dalam nya atau miliknya Kemudian kita menganalisis dan mengevaluasi.. Kami tidak mengerti dunia mereka. Tapi, ketika terapis tidak mengerti bagaimana benar-benar merasa berada di dunia orang lain, tanpa ingin atau mencoba untuk menganalisis atau menilai, maka terapis dan klien benar-benar bisa mekar dan tumbuh di iklim itu. "
ReferensiMearns, P., & Thorne, B.Person-Centred Konseling dalam Aksi (Konseling dalam seri Aksi). London: SAGE Publications LtdRogers, Carl. (1951). Client-centered Therapy: Praktek Saat Its, Implikasi dan Teori. London: Constable.Rogers, C. (1959). Sebuah Teori Hubungan Terapi, Kepribadian dan Interpersonal yang Dikembangkan dalam Kerangka Client-centered. Dalam (ed.) S. Koch, Psikologi: Sebuah Studi Sains. Vol. 3: Formulasi Pribadi dan Konteks Sosial. New York: McGraw Hill.Rogers, Carl R. (1986). Carl Rogers pada Pengembangan Pendekatan Orang-Centered. Orang-Centered Ulasan, 1 (3), 257-259.- Lihat lebih lanjut di: http://www.simplypsychology.org/client-centred-therapy.html # sthash.6DTuhUcj.z3e7xvwb.dpuf
Minggu, 31 Maret 2013
Terapi Humanistik Eksistensial
TEORI EKSISTENSIAL –
HUMANISTIK
Teori dan Pendekatan
Konseling Eksistensial-humanistik berfokus
pada diri manusia. Pendekatan ini mengutamakan
suatu sikap yang
menekankan pada pemahaman atas
manusia. Terapi eksistensial
berpijak pada premis bahwa manusia tidak
bisa lari dari
kebebasan dan bahwa
kebebasan dan tanggung
jawab berkaitan. Pendekatan
Eksisteneial-Humanistik dalam
konseling menggunakan sistem
tehnik-tehnik yang bertujuan
untuk mempengaruhi konseli. Pendekatan
terapi
eksistensial-humanistik bukan
merupakan terapi tunggal,
melainkan suatu pendekatan
yang mencakup terapi-terapi yang
berlainan yang kesemuanya
berlandaskan konsep-konsep dan
asumsi-asumsi tentang manusia.
Pendekatan ini Berfokus pada
sifat dari kondisi manusia yang mencakup kesanggupan untuk menyadari diri,
bebas memilih untuk menentukan nasib sendiri, kebebasan dan tanggung jawab,
kecemasan sebagai suatu unsur dasar, pencarian makna yang unik di dalam dunia
yang tak bermakna, berada sendiri dan berada dalam hubungan dengan orang lain
keterhinggaan dan kematian, dan kecenderungan mengaktualkan diri. Pendekatan
ini memberikan kontribusi yang besar dalam bidang psikologi, yakni tentang
penekanannya terhadap kualitas manusia terhadap manusia yang lain dalam proses
teurapeutik. Terapi eksistensial-humanistik menekankan kondisi-kondisi inti
manusia dan menekankan kesadaran diri sebelum bertindak. Kesadaran diri
berkembang sejak bayi. Perkembangan kepribadian yang normal berlandaskan keunikan
masing-masing individu. Berfokus pada saat sekarang dan akan menjadi apa
seseorang itu, yang berarti memiliki orientasi ke masa depan. Maka dari itu,
akan lebih meningkatkan kebebasan konseling dalam mengambil keputusan serta
bertanggung jawab dalam setiap tindakan yang di ambilnya.
Pendekatan
eksistensial-humanistik berfokus pada kondisi manusia.Pendekatan ini terutama
adalah suatu sikap yang menekankan pada suatu pemahaman atas manusia. Ada
beberapa konsep utama dari pendekatan eksistensial, yaitu ;
a.
Kesadaran diri
Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri,suatu
kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan
memutuskan.
b.
Kebebasan, tanggung jawab, dan kecemasan.
Kesadaran atas kebebasan dan tangung jawab bisa menimbulkan kecemasan
yang menjadi atribut dasar bagi manusia.
c.
Penciptaan makna
Manusia itu unik, dalam arti bahwa dia berusaha untuk menemukan tujuan
hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi
kehidupan.Manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya dalam
suatu cara yang bermakna, sebab manusia adalah mahluk yang rasional.
Hakikat konseling
eksistensial-humanistik menekankan renungan filosofi tentang apa artinya
menjadi manusia. Eksistensial-humanistik berdasarkan pada asumsi bahwa kita
bebas dan bertanggung jawab atas pilihan yang kita ambil dan perbuatan yang
kita lakukan. Yang paling diutamakan dalam konseling eksistensial-humanistik
adalah hubunganya dengan klien. Kualitas dari dua orang yang bertatap muka
dalam situasi konseling merupakan stimulus terjadinya perubahan yang positif.
KELEMAHAN DAN
KELEBIHAN TEORI EKSISTENSIAL-HUMANISTIK
- Teknik ini dapat
digunakan bagi klien yang mengalami kekurangan dalam perkembangan dan
kepercayaan diri.
- Adanya kebebasan
klien untuk mengambil keputusan sendiri.
- Memanusiakan
manusia.
- Bersifat
pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, analisis terhadap
fenomena sosial.
- Pendekatan
terapi eksistensial lebih cocok digunakan pada perkembangan klien seperti
masalah karier, kegagalan dalam perkawinan, pengucilan dalam pergaulan ataupun
masa transisi dalam perkembangan dari remaja menjadi dewasa
b. Kelemahan
Eksistensial-Humanistik
- Dalam
metodologi, bahasa dan konsepnya yang mistikal
- Dalam
pelaksanaannya tidak memiliki teknik yang tegas.
- Terlalu percaya
pada kemampuan klien dalam mengatasi masalahnya (keputusan ditentukan oleh
klien sendiri)
- Memakan waktu
lama.
SUMBER RUJUKAN
Amira Diniati (2009), teori-teori konseling, Pekanbaru :
Daulat Riau
Misiak, henryk.2005.psikologi fenomenologi,eksistensial dan
humanistic. Bandung: PT rafika aditama
http://www.psikologizone.com/konseling-terapi-pendekatan-eksistensial/06511676
http://syarifah-mimien.blogspot.com/2005/03/terapi-eksistensial-humanistik.htm
Senin, 25 Maret 2013
Teori Psikoanalisa
Teori Psikoanalisa Freud memusatkan perhatian pada pentingnya pengalaman masa
kanak-kanak. Dalam pandang ini, benih-benih gangguan psikologis sudah tertanam
sejak awal masa pertumbuhan manusia. Selanjutnya, freud mengembangkan sebuah
terapi yang disebut terapi psikoanalisa. Freud menggunakan psikoanalisa untuk
membantu klien memperoleh pemhaman mengenai konflik-konflik tak sadar dan
memecahkannya. Apabila metode yang digunakan oleh terapi psikoanalitik
mengembangkan dalam diri pasien suatu pemahaman (insight) baru terhadap
kekuatan-kekuatan kepribadiannya, maka psikoanalisa sudah berada pada jalan
menciptakan penyesuaian diri pada diri pasien terhadap lingkungannya. Dengan
bekerja melalui konflik-konflik ini, ego akan dibebaskan dari dorongan untuk mempertahankan
tingkah laku defense seperti Fobia, tingkah laku obsesif-kompulsif, keluhan
histerikal, dan sebagainya
Tujuan Terapi Psikoanalitik Tujuan psikoanalitik
adalah memperkuat ego, membuatnya lebih independent dari super ego, memperlebar
medan persepsinya, memperluas organisasinya sehingga ia apat memiliki
bagian-bagian yang segar dari id. Psikoanalitik dapat membantu memancarkan
terang kesadaran (yang diwakilkan oleh ego sadar) pada pekerjaan-pekerjaan id.
Kelebihan Terapi Psikoanalisa
1. Dengan terapi ini, terapis bisa mengetahui masalah pada diri klien, karena proses nya dimulai dari mencari tahu pengalaman-pengalaman masa lalu pada diri klien.
2. Terapi ini bisa membuat klien mengetahui masalah apa yang selama ini tidak disadarinya.
Kelebihan Terapi Psikoanalisa
1. Dengan terapi ini, terapis bisa mengetahui masalah pada diri klien, karena proses nya dimulai dari mencari tahu pengalaman-pengalaman masa lalu pada diri klien.
2. Terapi ini bisa membuat klien mengetahui masalah apa yang selama ini tidak disadarinya.
Kelemahan Terapi Psikoanalisa
1. Waktu yang dibutuhkan dalam terapi terlalu panjang
2. Memakan banyak biaya bagi klien
3. Karena waktunya lama, bisa membuat klien menjadi jenuh
4. Diperlukan terapis yang benar-benar terlatih untuk melakukan terapi
Ada beberapa teknik terapi psikoanalisis, diantaranya:
1. Asosiasi
Bebas
Dalam teknik ini, klien disuruh untuk duduk santai atau tidur lalau menceritakan semua pegalaman yang terlintas dalam benaknya baik yang teratur maupun yang tidak, sepele atau penting, logis atau tidak logis, relevan atau tidak, semuanya harus di ungkapkan. Asosiasi-asosiasi yang diucapkan itu kemudian ditafsirkan sebagai pengungkapan tersamar pengalaman-pengalaman yang direpres.
Dalam teknik ini, klien disuruh untuk duduk santai atau tidur lalau menceritakan semua pegalaman yang terlintas dalam benaknya baik yang teratur maupun yang tidak, sepele atau penting, logis atau tidak logis, relevan atau tidak, semuanya harus di ungkapkan. Asosiasi-asosiasi yang diucapkan itu kemudian ditafsirkan sebagai pengungkapan tersamar pengalaman-pengalaman yang direpres.
2. Analisis
Mimpi
Freud memandang sebagai jalan utama kea lam tak sadar karena isi mimpi ditentukan oleh keinginan-keinginan yang direpres. Keinginan-keinginan itu muncul lagi dalam bentuk symbol sebagai jalan menuju kepuasan
Freud memandang sebagai jalan utama kea lam tak sadar karena isi mimpi ditentukan oleh keinginan-keinginan yang direpres. Keinginan-keinginan itu muncul lagi dalam bentuk symbol sebagai jalan menuju kepuasan
3. Analisis
Transferensi
Terjadi kalau dalam pertemuan terapi terungkap adanya displacement dalam diri pasien. Hal itu terjadi kalau pasien mengalihkan sasaran cinta atau bendinya kepada terapeuti yang menanganinya. Transferensi itu menunjukan kebutuhan pasien untuk mengekspresikan kebutuhannya. Semua ini berlangsung secara tidak sadar, terapeut berusaha untuk menjelaskan perasaan-perasaan yang sedang dialami atau yang diekspresikan nya pada terapeut, sehingga pasien memiliki satu pemahaman yang lengkap mengenai kesulitan yang sedang dialami.
Terjadi kalau dalam pertemuan terapi terungkap adanya displacement dalam diri pasien. Hal itu terjadi kalau pasien mengalihkan sasaran cinta atau bendinya kepada terapeuti yang menanganinya. Transferensi itu menunjukan kebutuhan pasien untuk mengekspresikan kebutuhannya. Semua ini berlangsung secara tidak sadar, terapeut berusaha untuk menjelaskan perasaan-perasaan yang sedang dialami atau yang diekspresikan nya pada terapeut, sehingga pasien memiliki satu pemahaman yang lengkap mengenai kesulitan yang sedang dialami.
Referensi:
1. Para Psikolog Terkemuka Dunia: Riwayat Hidup, Pokok Pikiran, dan Karya.: Oleh Ladidlaus Naisabah. Penerbit: Grasindo
2. Semiun, Yustinus (2006). Terapi Kepribadian dan Teori Psikoanalitik Freud. Yogyakarta: Kanisius
3. Psikologi Konseling: Oleh Rizky Putri Asridha Sriemadingin, M.psi
1. Para Psikolog Terkemuka Dunia: Riwayat Hidup, Pokok Pikiran, dan Karya.: Oleh Ladidlaus Naisabah. Penerbit: Grasindo
2. Semiun, Yustinus (2006). Terapi Kepribadian dan Teori Psikoanalitik Freud. Yogyakarta: Kanisius
3. Psikologi Konseling: Oleh Rizky Putri Asridha Sriemadingin, M.psi
Langganan:
Postingan (Atom)